TRIBUNNEWS.COM,JOGYA
- Gunung Sindoro yang berada di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo
mengeluarkan asap berbau yang dan terdengar suara letupan. Asap belerang
tersebut saat ini telah tersebar di Sembilan titik di kawasan puncak.
Kepala BKPH Temanggung Perum Perhutani KPH Kedu Utara, Juni Junaedi
saat dihubungi Tribun Jogja, Selasa (15/11/2011) menjelaskan, sebenarnya
aktifitas tersebut sudah ada sejak hari Minggu (14/11/2011), namun
masyarakat baru mengetahuinya dan mendengar letupannya di dasar puncak
pada Senin (14/11/2011) pukul 18.30 WIB
Menurutnya, Gunung Sindoro
setinggi 3.150 meter dpl dan merupakan gunung volkano aktif sudah lama
tidak terlihat aktifitas vulkanologinya, sehingga masyarakat mengira
bahwa gunung tersebut sudah tidak aktif lagi.
“Nanti malam jam
00.00, rencananya kita akan naik ke puncak melihat langsung lokasi
bersama masyarakat dan pihak Muspika Kecamatan Kledung,” kata Juni.
Juni
mengungkapkan, sebenarnya pada pertengahan bulan Oktober 2011 saat
sedang ramai ada orang Singapura yang hilang itu, sudah ada dari pihak
pusat Geologi Bandung yang naik untuk memasang alat pendeteksi aktifitas
kegempaan.
“ Sayangnya memang tidak terpublikasi, sehingga masyarakat tidak mengetahuinya,” ujarnya.
Kepala
Seksi Perlindungan Masyarakat (Linmas) Kantor Kesatuan Bangsa Politik
dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Temanggung, Eko
Suprapto, mengatakan, semburan asap pada gunung yang berstatus
normal-aktif ini baru pertama kali terjadi sejak puluhan tahun lalu.
"Kami
telah menempatkan empat orang personel search and rescue (SAR) untuk
mengamati kondisi Gunung Sindoro. Kami belum tahu apakah semburan itu
masih wajar atau tidak. Soalnya personel kami belum turun untuk
memberikan laporan," katanya.
Gunung Sindoro sendiri, dalam sejarahnya pernah mengalami letusan, namun sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (freatik).
Laporan Wartawan Tribun Jogya, M Nur Huda
Sejarah Letusan
Sejarah mengenai letusan yang terjadi di Gunung Sindoro tidak banyak diketahui, namun letusan baru mulai tercatat sejak Abad ke-19. Berikut ini adalah daftar letusan maupun peningatan aktivitas vulkanik Gunung Sindoro yang terjadi sejak Abad ke-19 Masehi :
1806? : Letusan di puncak gunung. Masih disangsikan kebenarannya.
1818 : Terjadi letusan abu yang menyebar hingga Pantai Pekalongan. Bulan tidak diketahui.
1882 : Terjadi letusan abu di Gunung Kembang. Abunya jatuh hingga di Kebumen. Antara 1-7 April kemungkinan terjadi leleran lava di lereng barat laut.
1883? : Peningkatan aktivitas vulkanik. Kemungkinkan terjadi letusan pada bulan Agustus.
1887 : 13-14 November. Terdengar suara ledakan.
1902 : 1-25 Mei. Kegiatannya terbatas pada bualan lumpur dan lontaran batu pijar yang jatuh kembali di lubang letusan.
1903 : 16-21 Oktober. Letusan di rekahan kali Prupuk di atas Gunung Kembang, di antara ketinggian 2850-2980 meter (letusan samping). Hujan abu sampai di Kejajar dan Garung.
1906 : 22 September-20 Desember. Letusan di rekahan S1 dan terbentuknya K5 di selatan dataran pasir Z1. Pada 25 September, terjadi hujan abu di Kledung. Tanaman banyak yang rusak, rumah penduduk terbakar.
1908 : 10 Februari. Peningkatan aktivitas vulkanik. Terdengar suara gemuruh.
1910 : Januari. Peningkatan aktivitas vulkanik. Di Temanggung kadang-kadang terdengar suara gemuruh.
1970 : Setelah beristirahat selama kurang lebih 60 tahun, terdapat lagi kenaikan aktivitas vulkanik tanpa menghasilkan suatu letusan. Adapun urutannya adalah sebagai berikut :
21 Oktober kira-kira pukul 05.30 dan pada 28 Oktober kira-kira pukul 06.30, terasa bumi bergetar di Kampung Sigedang di lereng barat laut, kurang lebih 4,5 km jauhnya dari puncak.
29 Oktober. Mulai tampak asap putih tipis mengepul dari lubang letusan lama.
1 November. Kira-kira pukul 06.00, tampak asap putih tipis lurus mengepul ke atas.
2 November. Pada pagi hari kira-kira pukul 06.00 Tampak asapnya menebal. Antara pukul 09.00 hingga 14.00 terdengar suara blazer.
Di malam hari tampak asap berwarna merah di atas Gunung Sindoro, kemudian di siang hari asap putihnya menipis kembali.
Hamidi dan Hadian (Juni 1973), telah melakukan pendakian puncak, demikian pula Reksowirogo, tetapi tidak tampak bekas peningkatan aktivitas vulkanik tersebut.
Karakter Letusan
Dari sejarah dan endapan hasil letusannya, diperkirakan letusan tipe strombolian mendominasi karakter letusan Gunungapi Sindoro