Ilustrasi: Gunung Sindoro
TERKAIT:
Suplai energi gunung setinggi 3.150 meter di atas permukaan laut (dpl) itu kian berkurang karena gempa vulkanik dangkal dan dalam yang berasal dari dapur magma terus menurun.
Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), M Hendrasto, Minggu (8/1/2012), mengatakan, gempa dangkal dan dalam Gunung Sindoro sudah relatif jarang. Hanya saja, PVMBG belum akan menurunkan status gunung api yang terakhir meletus pada 1910 itu.
"Evaluasi status Sindoro akan kami bahas dalam selama sepekan ini," terangnya. Status Sindoro dinaikkan dari Aktif normal menjadi Waspada sejak 5 Desember 2011. Hingga kini, aktivitas warga dilarang dalam radius 2 kilometer dari puncak.
Saat ini, lanjut Hendrasto, aktivitas dominan Gunung Sindoro di permukaan ditandai dengan keluarnya gempa-gempa embusan di area kawah. Embusan tersebut merupakan pelepasan energi yang kemungkinan berasal dari suplai-suplai energi sebelumnya yang masih tersimpan.
Kendati demikian, PVMBG mengingatkan potensi letusan freatik dan semburan uap air panas masih bisa terjadi, terlebih di musim hujan. Pemanasan sebelum semburan bisa berlangsung cepat akibat rembesan air ke dalam kawah. Hal tersebut yang melandasi PVMB belum berani mencabut sterilisasi area 2 kilometer dari puncak.
0 komentar:
Posting Komentar