Selasa, 13/12/2011 16:50 WIB
Magelang -
Gunung Sindoro sampai saat ini masih fluktuatif dan
bergejolak bahkan membuat puluhan warga nekat mengungsi ke luar daerah.
Fakta ini terjadi setelah puluhan warga sekitar gunung di perbatasan
Kabupaten Temanggung-Wonosobo terhasut isu bahwa telah turun “wangsit”
(wahyu) Sindoro pada Selasa Kliwon (13/12/2011) hari ini meletus.
Di lain pihak lembaga kegunungapian seperti PVMBG dan BPPTK sampai sekarang belum menaikan status dari waspada (level II) ke status yang lebih tinggi. Serta belum memerintahkan supaya warga mengungsi karena aktifitas Sindoro semakin membahayakan.
Fakta itu disampaikan oleh Bupati Temanggung Hasyim Affandi kepada detikcom Selasa (13/12/2011) usai mengikuti acara Forum Silaturahmi Antar Tokoh dan Ormas Lintas Agama se-Eks Karisidenan Kedu (Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Kebumen) di Pendopo Kabupaten Magelang, Jateng.
Puluhan warga yang mengungsi paksa itu warga Dusun Gondangan, Desa Watu Kumpul, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung sebanyak 59 jiwa dari 14 Kepala Kekuarga (KK). Dusun ini berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Sindoro tersebut memiliki sekitar 75 keluarga.
Kecamatan Parakan merupakan salah satu dari lima kecamatan di Temanggung yang masuk dalam kawasan rawan bencana erupsi Sindoro. Kelima kecamatan itu adalah Parakan, Candiroto, Kledung, Ngadirejo dan Bansari.
"Ada yang punya kelebihan. Katanya ada yang diberi wangsit besok tanggal semene arep ngene-ngene. Ndak benar itu. Kalau sumbernya ada dan masih dari badan vulkanologi tidak apa-apa. Sampai saat ini sudah ada 14 kepala keluarga pengungsi yang mengungsi rata-rata keluar daerah," ungkap Hasyim.
Hasyim menghimbau kepada warga supaya tidak terhasut oleh isu dan informasi yang menyesatkan. Sebab saat ini sudah ada dua lembaga yang melakukan pemantauan terhadap Sindoro yang awalnya normal menjadi waspada (level II).
"Saya menghimbau supaya mendengar infromasi dan perintah dari badan vulkanologi saja. Lha yo kuwi ora nggenah njur do ngungsi. Alasan nggih nopo? Tiba-tiba njebluk tanggung nopo?" ungkap Hasyim dalam logat Jawanya.
Hasyim menambahkan saat ini Pemkab Temanggung sudah mempersiapkan kantong-kantong pengungsian. Serta sudah membuat empat jalur evakuasi jika nanti memang Sindoro benar-benar meletus.
"Sudah sudah disiapkan. Banyak. Jadi yang ring dua nanti ke desa mana. Kapasitas berapa. Pokoknya pengalaman di Magelang diterapkan disana. Dari Bansari turun kemana. Kalau pos dan titik sementara mau pergi kemana. Titik-titik kumpul dimana sudah kami persiapakan," tegas Hasyim.
Ketua RT 02/RW 01, Dusun Gondangan, Desa Watu Kumpul, Sugiyarto di Temanggung membenarkan bahwa puluhan warganya mengungsi ke tempat saudaranya karena khawatir Gunung Sindoro meletus hari ini. Langkah mengungsi itu didengar setelah mendengar desas-desus bahwa ada “wangsit” Sindoro meletus hari ini.
"Saya tidak tahu darimana isu wangsit kalau Selasa Kliwon (hari ini) meletus. Sebagian besar mereka mengungsi ke beberapa daerah di Temanggung, namun juga ada yang mengungsi ke Magelang, Batang, bahkan ke Pasuruan. Mereka yang mengungsi hanya sebagian dari anggota keluarga, namun ada empat keluarga yang benar-benar telah meninggalkan rumah, yakni keluarga Rejo, Sarwidi, Ruwet, dan Sayuti," kata Sugiyarto.
(gah/gah)
Di lain pihak lembaga kegunungapian seperti PVMBG dan BPPTK sampai sekarang belum menaikan status dari waspada (level II) ke status yang lebih tinggi. Serta belum memerintahkan supaya warga mengungsi karena aktifitas Sindoro semakin membahayakan.
Fakta itu disampaikan oleh Bupati Temanggung Hasyim Affandi kepada detikcom Selasa (13/12/2011) usai mengikuti acara Forum Silaturahmi Antar Tokoh dan Ormas Lintas Agama se-Eks Karisidenan Kedu (Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Kebumen) di Pendopo Kabupaten Magelang, Jateng.
Puluhan warga yang mengungsi paksa itu warga Dusun Gondangan, Desa Watu Kumpul, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung sebanyak 59 jiwa dari 14 Kepala Kekuarga (KK). Dusun ini berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Sindoro tersebut memiliki sekitar 75 keluarga.
Kecamatan Parakan merupakan salah satu dari lima kecamatan di Temanggung yang masuk dalam kawasan rawan bencana erupsi Sindoro. Kelima kecamatan itu adalah Parakan, Candiroto, Kledung, Ngadirejo dan Bansari.
"Ada yang punya kelebihan. Katanya ada yang diberi wangsit besok tanggal semene arep ngene-ngene. Ndak benar itu. Kalau sumbernya ada dan masih dari badan vulkanologi tidak apa-apa. Sampai saat ini sudah ada 14 kepala keluarga pengungsi yang mengungsi rata-rata keluar daerah," ungkap Hasyim.
Hasyim menghimbau kepada warga supaya tidak terhasut oleh isu dan informasi yang menyesatkan. Sebab saat ini sudah ada dua lembaga yang melakukan pemantauan terhadap Sindoro yang awalnya normal menjadi waspada (level II).
"Saya menghimbau supaya mendengar infromasi dan perintah dari badan vulkanologi saja. Lha yo kuwi ora nggenah njur do ngungsi. Alasan nggih nopo? Tiba-tiba njebluk tanggung nopo?" ungkap Hasyim dalam logat Jawanya.
Hasyim menambahkan saat ini Pemkab Temanggung sudah mempersiapkan kantong-kantong pengungsian. Serta sudah membuat empat jalur evakuasi jika nanti memang Sindoro benar-benar meletus.
"Sudah sudah disiapkan. Banyak. Jadi yang ring dua nanti ke desa mana. Kapasitas berapa. Pokoknya pengalaman di Magelang diterapkan disana. Dari Bansari turun kemana. Kalau pos dan titik sementara mau pergi kemana. Titik-titik kumpul dimana sudah kami persiapakan," tegas Hasyim.
Ketua RT 02/RW 01, Dusun Gondangan, Desa Watu Kumpul, Sugiyarto di Temanggung membenarkan bahwa puluhan warganya mengungsi ke tempat saudaranya karena khawatir Gunung Sindoro meletus hari ini. Langkah mengungsi itu didengar setelah mendengar desas-desus bahwa ada “wangsit” Sindoro meletus hari ini.
"Saya tidak tahu darimana isu wangsit kalau Selasa Kliwon (hari ini) meletus. Sebagian besar mereka mengungsi ke beberapa daerah di Temanggung, namun juga ada yang mengungsi ke Magelang, Batang, bahkan ke Pasuruan. Mereka yang mengungsi hanya sebagian dari anggota keluarga, namun ada empat keluarga yang benar-benar telah meninggalkan rumah, yakni keluarga Rejo, Sarwidi, Ruwet, dan Sayuti," kata Sugiyarto.
(gah/gah)
0 komentar:
Posting Komentar